BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi, maka
dunia usaha pun mengalami perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai
perusahaan yang berusahan menciptakan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Perkembangan pesat dalam dunia usaha juga memberikan
gambaran tentang kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat, kesejahteraan
yang meningkat ini akan meningkatkan pula daya beli masyarakat atau konsumen.
Tetapi dari sisi lain, perkembangan itu menyebabkan timbunya persaingan yang
semakin ketat dalam dunia usaha. Perusahaan yang pada mulanya memiliki pangsa
pasar yang besar, serta daerah pemasaran yang luas kini dituntut untuk bekerja
lebih efisien dan efektif serta tanggap mengantisipasi pasar yang akan mereka
masuki baik pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. Dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, salah satu persoalan yang cukup
penting adalah aspek pemasaran,yaitu bagaimana supaya barang atau jasa dapat
terjual dan memberikan epuasan kepada konsumen.
Setiap perusahaan akan menganut sistem pemasaran yang
berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan besar kecilnya perusahaan tersebut. Efektifitas
promosi sangat tergantung dari pemilihan bentuk promosi yang diperlukan
terhadap produk yang dipasarkan. Suatu jenis produk tertentu memerlukan bentuk
promosi tertentupula dan jenis promosi yang lain harus dipergunakan untuk
promosi yang lain pula.oleh karena itu, harus dicari suatu bentuk promosi yang
sesuai dengan kondisi suatu produk yang dipromosikan. Dengan promosi pemasaran
tersebut, diharapkan produk yang dihasilkan akan dikenal oleh masyarakat luas
dan membangun merk yang kuat serta dapat menarik minat beli konsumen sehingga
tercapai tujuan perusahaan, yaitu meningkatkan volume penjualan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah semua produk harus
dikembangkan?
2. Apa idikator suatu produk
telah berkembang?
3. Bagaimana cara mengembangkan
suatu produk?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan definisi produk
sebagai suatu paket nilai.
2. Menggambarkan proses
pengembangan produk baru dan menelusuri tahap-tahap siklus hidup produk.
3. Menjelaskan pentingnya
pemberian merk, pengemasan, dan pelabelan
4. Mengidentifikasi berbagai
tujuan penetapan harga.
5. Membahas taktik dan strategi
penetapan harga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRODUK
Produk dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhan (dimanfaantkan, dikonsumsi atau dinikmati). Hiburan,
obyek wisata, perlengkapan pesta, pelayanan hotel, konsultasi hukum, jasa
akuntan, mobil, semuanya dapat dikatakan sebagai produk. Kini, pelanggan
menganggap produk sebagai kumpulan atribut yang oleh pemasar disebut paket
nilai (value package). Pembeli
semakin berharap untuk menerima produk dengan nilai yang lebih besar, lebih
banyak manfaat tetapi dengan biaya yang masuk akal.
Dewasa ini semakin
banyak perusahaan bersaing dalam hal peningkatan paket nilai. Mereka menyadari
bahwa tambahan layanan baru yang sederhana sering menyenangkan pelanggan jauh
melebihi penyediaan layanan tersebut. Hanya membuat transaksi pembelian menjadi
lebih nyaman misalnya, sudah menambah nilai dengan cara berupa pelanggan yang
terhindar dari daftar tunggu yang panjang dan administrasi yang tidak praktis.
B. KLASIFIKASI PRODUK
1.
Produk Konsumen
Produk konsumen ialah
produk yang dibuat untuk keperluan rumah tangga kosumen. Produk konsumen
umumnya dibagi menjadi tiga kategori yang mencerminkan perilaku pembeli.
a.
Barang kebutuhan
sehari-hari (convinience goods),
seperti susu dan koran. Serta jasa
kebutuhan sehari-hari (convinience
service) seperti yang ditawarkan oleh restoran makanan cepat saji. Mereka
relatif tidak mahal dan biasa dibeli dengan menghabiskan sedikit waktu dan
usaha.
b.
Barang belanja (shooping goods), seperti stereo dan ban
mobil, dan jasa belanja (shopping service),seperti asuransi (lebih
mahal dan lebih jarang dibeli dibandingkan produk konsumsi harian). Konsumen
sering kali membandingkan merek-merek, terutama pada toko-toko yang berbeda.
Mereka juga dapat mengevaluasi alternatif dalam hal gaya, kinerja, warna,
harga, dan kriteria lainnya.
c.
Barang kebutuhan
khusus (specialty goods), seperti
gaun pengantin, dan jasa kebutuhan khusus
(specialty service), seperti katering
untuk resepsi pernikahan merupakan barang yang sangat penting dan mahal
harganya. Konsumen biasanya dengan tepat memutuskan apa yang mereka inginkan
dan tidak akan menerima pengganti. Mereka juga sering berjalan dari toko ke
toko lain, kadang-kadang mengeluarkan banyak uang dan waktu untuk mendapatkan
produk yang khusus.
2.
Produk Industri
Produk industri adalah
barang yang dimaksudkan terutama untuk membuat produk lain atau untuk
penyediaan jasa dalam perusahaan. Produk industri diklasifikasikan dalam lima
kategori, yaitu:
a.
Bahan Mentah
Bahan mentah adalah barang yang akan
menjadi bagian dari suatu produk, berupa sumber daya alam seperti bahan
tambang, hasil hutan, produk pertanian seperti sayur dan buah-buahan, hasil
peternakan seperti telur dan susu mentah. Persediaan bahan mentah terbatas dan
jumlahnya tidak dapat ditingakatkan secara signifikan. Pada umumnya pemasaran
bahan mentah dilakukan oleh produsen besar tertentu. Oleh karena itu bahan
mentah harus diklasifikasikan dengan standarisasi yang cermat.
b.
Bahan Manufaktur dan Bagiannya
Bahan manufaktur dan bagiannya merupakan
produk industri yang menjadi bagian dari produk jadi. Berbeda degan bahan
mentah, bahan ini telah diproses dalam kondis tertentu. Bahan manufaktur akan
diproses lebuh lanjut. Misalnya besi tuang untuk dijadikan batangan baja, dan
tepung yang diolah menjadi roti.
c.
Instalasi
Instalasi adalah produk perusahaan
yang dibuattahan lama, berharga mahal, merupakan saran utma bagi perusahaan
pengguna. Misalnya bangunan pabrik, mesin diesel untuk kereta api, bus untuk
perusahaan transportasi, dan pesawat terbang untuk perusahaan penerbangan
komersial. Ciri yang berpengaruh pada instalasi ialah pengaruh langsung pada
skala operasi perusahaan.
d.
Perlengkapan Operasi
Perlengkapan operasi digunakan dalam
operasi produksi sebuah perusahaan, namun tidak berpengaruh secara signifikan
pada skala operasi. Perlengkapan operasi tidak menjadai bagian nyata dari
produk jadi. Umur perlengkapan operasi lebih pendek daripada instalasi, dan
lebih tahan lama daripada alat bantu. Misalnya mesin hitung di toko eceran,
mesin tulis dan forklift.
e.
Alat Bantu
Alat bantu tergolong convinience product pada sektor perusahaan. Alat bantu berumur
pendek berupa produk bergharga murah dan dapat diperoleh dengan mudah.barang
ini digunakan dalam operasiperusahaan tetapi tidak menjadi bagian dari produk
jadi. Misalnya, minyak pelumas, alat tulis, dan perlengkapan kamar mandi.
C. PENGEMBANGAN PRODUK-PRODUK BARU
Untuk mengembangkan
atau menganekaragamkan lini produk,
yaitu sekelompok produk serupa yang ditujukan untuk sekelompok pembeli yang
serupa yang akan menggunakan produk itu dengan cara yang serupa, maka untuk
dapat bertahan perusahaan harus mengembangkan dan memperkenalkan serangkaian produk
baru. Dihadapkan pada persaingan dan pergeseran pilihan konsumen, tidak ada
perusahaan yang dapat bergantung selamanya hanya pada satu produk tunggal saja.
Bahkan produk-produk yang telah populer selama beberapa dasawarsa selalu
memerlukan pembaruan.
1.
Proses Pengembangan Produk Baru
Dalam kurun waktu lima
tahun ini, permintaan akan bahan makanan dan minuman telah meningkat lebih dari
6 persen per tahun, dan akan mencapai $5 miliar setiap tahunnya. Rasa dan
penambah rasa adalah bagian terbesar dari pertumbuhan tersebut, terutama
pemanis buatan. Akan tetapi, perusahaan yang mengmbangkan dan menjual produk
ini mengalami masalah besar. Perlu biaya antara $30 juta hingga $50 juta serta
perlu waktu sekitar 8-10 tahun untuk mendapatkan produk baru melalui proses yag
disetujui oleh Food and Grug Administration (FDA). Pengujian,baik untuk
mendapatkan persetujuan FDA maupun untuk pemasaran dapat menjadi tahap
pengembangan yag paling memakan waktu lama.
Pengembangan produk
merupakan proses yang panjang. Banyak perusahaan mempunyai departemenriset dan pengembangan
(litbang) untuk mencari peluang produk-produk baru. Mengapa mereka mengorbankan
begitu banyak sumber daya untuk memikirkan berbagai peluang produk, menolak
banyak gagasan yang tampaknya gemilang? Pertama, kita lihat bahwa tingginya
tingkat mortalitas produk bagi gagasan baru berarti bahwa hanya sedikti produk
baru yang akhirnya dapat mencapai pasar. Kedua, bagi banyak perusahaan,
mempercepat masuknya produk ke pasar sama pentingnya dengan kepedulian atas
pengembangannya.
2.
Tujuh Tahap Proses Pengembangan
Untuk meningkatkan
peluang mereka dalam mengembangkan produk yang sukses, banyak perusahaan
menerapkan beberapa variasi dari tujuh proses tahap dasar. (proses ini tidak
seluruhnya sama untuk produsen banrang dan jasa).
a.
Gagasan Produk.
Pengembangan produk dimulai dengan pencarian gagasan bagi produk-produk baru.
Gagasan produk dapat datang dari konsumen, tim penjualan, bagian penelitian dan
pengembangan (litbang), atau pegawai teknik.
b.
Penyaringan.
Tahap ini dirancang untuk meghilangkan suluruh gagasan produk yang tidak
berhubungan dengan kemampuan atau tujuan perusahaan. Para perwakilan dari
pemasaran, teknisi, dan produksi harus memberikan input pada tahap ini.
c.
Pengujian Konsep.
Setelah gagasan disaring, perusahaan menggunakan riset pasar untuk mendapatkan
input dari konsumen tentang manfaat dan harga.
d.
Analisis Bisnis.
Setelah mengumpulkan opini konsumen, para pemasar harus melakukan perbandingan
biaya produksi dan manfaat untuk melihat apakah produk tersebut memnuhi
profitabilitas minimum.
e.
Pengembangan
prototipe. Prototipe ini dapat menjadi sangat mahal, yang sering kali
memerlukan peralatan dan pengembangan komponen yang ekstensif.
f.
Pengujian Produk
dan Uji Pemasaran. Perusahaan dapat menguji produk untuk melihat apakah
produknya memenuhi persyaratan kinerja. Jika ya, maka produknya akan dijual
pada daerah yang terbatas. Karena kampanye promosi dan saluran distribusu harus
ditetapkan untuk uji pasar, tahap ini menjadi cukup mahal.
g.
Komersialisasi.
Dengan komersialisasi yang bertahap, yang brtujuan memberikan produk tersebut
ke daerah yang semakin luas, mencegah ketegangan yang semestinya tidak perlu
terjadi pada kemampuan produksi awal. Sebaliknya, keterlambatan dalam
komersialisasi dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan lain untuk
mengeluarkan produk saingan.
3.
Variasi dalam Proses Jasa
Penembangan jasa
melibatkan banyak tahap yang serupa. Pada dasarnya tahap 2,3,4,6, dan 7 sama.
Akan tetapi, terdapat beberpa perbedaa penting dalam tahap 1 dan 5.
a.
Gagasan jasa.
Pencarian gagasan jasa mencakup tugas yang disebut pendefinisian paket jasa
(service package) yaitu ciri khas berwujud atau tidak berwujud yang mencirikan
produk jasa, dan menetapkan spesifikasi jasa.
b.
Rancangan Proses
Jasa. Suatu jasa membutuhkan rancangan proses jasa, yaitu meliputi tiga
bagian (seleksi proses, persyaratan pekerja, dan persyaratan fasilitas) yang
dibutuhkan dalam mengembangkan produk jasa.
4.
Daur Hidup Produk
Produk seperti halnya
mausia, memiliki daur hidup. Konsep daur hudup produk (DHP) menerangkan
serangkaian tahapan-tahapan yang dilalui oleh suatu produk baru selama
menghasilkan laba. Tahap-tahap dalam daur hidup produk yaitu:
a.
Pengembangan Produk
Dimulai ketika perusahaan mendapatkan
dan mengembangkan ide produk baru. Selama pengembangan produk baru belum ada
penjualan dan biaya investasi meningkat.
b.
Pengenalan
Bermula pada saat produk baru
diperkenalkan. Untuk mengenalkan produk memerlukan waktu sehingga pertumbuhan
dalam penjualan berjalan lambat. Pada tahap ini perusahaan tidak mendapat laba
karena biaya pengenalan produk yang tinggi.
c.
Pertumbuhan
Jika produk baru menarik perhatian
dan cukup memuaskan konsumen, penjualan mulai menanjak cepat. Selama tahap ini,
produk mulai menghasilkan laba. Perusahaan lain dalam industri akan bergerak
cepat unutk memperkenalkan produk versi mereka.
d.
Kematangan
Pada tahap ini, masa percepata
penjualan menurun karena produk telah mencapai pembeli yang paling potensial.
Tingkat laba berhenti atau mengalami penurunan karena peningkatan biaya
pemasaran untuk mempertahankan produk dalam menghadapi persaingan.
e.
Penurunan
Pada tahap ini, penjualan dan laba
terus jatuh. Produk-produk baru dalam tahap perkenalan mengambil alih
penjualan. Perusahaan membuang atu mengurangi dukungan promosi (iklan dan staf
penjualan) tetapi tetap membiarkan produk tersebut beredar untuk memberikan
laba tambahan.
Perusahaan tentu berharap dapat terus mempertahankan posisi produk dalam
tahap dewasa selama mungkin, banyak perusahaan memperpanjang daur hidup produk
melalui berbagai macam cara yang kreatif. Pasar luar negei misalnya, memberikan
tiga pendekatan utnuk memperpanjang daur hidup produk, yaitu:
a.
Dalam perluasan produk (product extension), produk yang telah ada dipasarkan secara global
dalam bentuk yang sama, tanpa adanya modifikasi.
b.
Melalui adaptasi produk (product adaptasion), produk dasar dimodifikasi agar memiliki daya
tarik yang lebih besar di negara lain.
c.
Pengenalan ulang (reintroduction)
berarti membangkitkan kembali, ke pasar-pasar baru, produk-produk yang telah
menjadi usang dalam pasar yang lama.
Dengan demikian, awal penurunan penjualan pada tahap dewasa tidak selalu
merupakan waktu untuk mulai mengabaikan produk. Sebaliknya, hal tersebut sering
kali merupakan waktu yang tepat untuk mengganti pendekatan pemasaran lama
dengan pendekatan baru.
D. IDENTIFIKASI PRODUK
1.
Pemberian Merek Produk
Pemberian merek (branding) merupakan proses menggunakan
simbol utnuk mengkomunikasikan ciri-ciri produk tertentu yang dibuat oleh
produsen tertentu. Merek-merek dirancang untuk menandai kualitas yang seragam.
Konsumen yang mencoba dan menyukai produk dapat kembali ke produk tersebtu
hanya dengan mengingat namanya saja.
a.
Menambah Nilai melalui Kualitas Merek
Banyak prusahaan yang
dulu mengukur aset dari segi uang tunai, bangunan, peralatan, dan persediaan
sekarang menyadari bahwa merek yang kuat itu merupakan aset yang sama pentingnya.
Merek yang dikenal dan dikagumi secara luas itu bernilai karena kekuatannya
untuk menarik pelanggan. Perusahaan yang memiliki ekualitas merek yang tinggi memiliki kesadaran dan kesetiaan merek
yang lebih besar pada pihak konsumen dan pangsa pasar yang lebih besar
dibanding merek-merek yang bersaing (dan dianggap memiliki mutu yang lebih
tinggi). Karena merek itu menambah nilai ke produk, pemasar mengelola merek
untuk meningkatkan nilainya. Dengan kata lain, mereka membangun ekuitas dalam
sebuah merek dengan mempertahankan atau meningkatkan kesadaran merek, yaitu nama merek yang pertama muncul dipikiran
ketika anda memikirkan satu kategori produk tertetntu dan persepsi atas mutu
dengan cara yang sama seperti bila anda membangun ekuitas kepemilikan dirumah
anda dengan mempertahankan atau meningkatkan kondisi dan ciri khasnya.
b.
Pemberian Nama e-Business
Perlu waktu yang lama untuk memperoleh pengakuan merek secara nasional
atau global. Perjuangan yang mahal dan terkadang ketet untuk memperoleh
pengakuan merek barangkali lebih jelas terlihat dalam pertempuran merek
diantara perusahaan dot.com. secara keseluruhan, merek-merek terkemuka internet
seperti Google, America Online, Yahoo!, dan Amazon.com meneluarkan miliaran
dolar setahun walaupun mereka baru menmbus peringkat 60 merek terkemuka di
dunia. Lagipula, biaya promosi penetapan merek menghantam semua dot.com
sekaligus ketika mereka mencoba bertahan dalam industri yang hampir runtuh ini.
c.
Jenis-jenis Nama Merek
Sebenarnya setiap produk memiliki nama merek. Umumnya beragam nama dan
jenis merek nasional, lisensi, dan pribadi meningkatkan kepedulian pembeli
terhadap sifat dan kualitas produk yang harus bersaing dengan sejumlah produk lainnya.
Sewaktu konsumen puas dengan kualitas produktertentu, orang-orang pemasaran
berusaha mendapatkan kesetiaan terhadap merek (brand royalty) dari pangsa pembeli berulang yang besar.
1)
Merek Nasional, yaitu produk bermerek
yang diproduksi oleh produsen, didistribusikan secara luas oleh produsen, dan
membawa nama produsen. Merek-merek ini sering kali dikenal luas oleh konsumen
karena kampanye iklan secara nasional dan oleh karena itu merupakan aset yang
brnilai.
2)
Merek Lisensi,
yaitu produk bermerek yang hak namanya telah dibeli penjual dari organisasi
tertentu atau perseorangan. Pemasar menjual merek mereka karena merek menarik
bagi publik, citra dan status yang pembeli harapkan melekat pada dirinya. Iklan
gratis karena merek terpajang dalam kaos yang dilisensi adalah bonus tambahan.
3)
Merek Pribadi,
yaitu produk bermerek yang dikomisikan oleh pedagang grosir atau pengecer
kepada produsen tertentu.
d.
Pengemasan Produk
Produk-produk yang akan dijual memerlukan kemasan (packaging).
Pengemasan juga berperan sebagai iklan dan toko yang dapat membuat produknya
menarik, memamerkan nama mereknya dan mengidentifikasi ciri dan manfaatnya.
Pengemasan juga mengurangi resiko kerusakan,
pecah, atau pembusukan serta mempersulit pencurian barang-barang
berukuran kecil. Kemajuan baru-baru ini dalam penggunaan produk dan bahan yang
siap untuk dikemas juga menciptakan peran tambahan bagi pengemasan.
e.
Pelabelan Produk
Setiap produk memiliki label pada kemasannya.seperti penemasan, pelabelan
dapat membantu pemasaran produknya. Pertama, label mengidentifikasi produk atau
merek, label juga mempromosikan merek dengan menarik perhatian konsumen. Label
juga menggambarkan produk dengan memberikan informasi tenteng kandungan
nutrisi, petunjuk penggunaan dan keamanan.
f.
Citra Produk yang Memenuhi Keinginan
1)
Desain dan Warna
Desain yang berbeda
dapat merupakan ciri khas yang membedakannya dari produk sejenis. Bagi konsumen
maupun perusahaan , desain produk memiliki arti dan harus menjadi perhatian.
Menurut perkiraan, biaya desain diperhitungkan tidak lebih dari dua persen dari
seluruh jumlah produksi dan pemasaran suatu produk. Desain yang difavoritkan
konsumen dapat meningkatkan laba perusahaan.
Seperti halnya desain,
warna produk sering kali merupakan faktor penentu alternatif pemilihan oleh
konsumen, baik yang berupa pakaian, mebel, bahkan mobil. Warna dapat menjadi
sangat penting bagi kemasan maupun untuk produk. Warna merah yang diterapkan
pada merek Marlboro, Coca Cola, dan Nabisco, yang menjadikannya sebagai merek
yang laris terjual, bukanlah merupakan suatu kebetulan. Warna merah pada setiap
merek tersebut merupakan warna utama kemasan atau logo. Merah mencerminkan kehangatan,
semangat, dan sensualitas.
2)
Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan unti sifat yang membentuk citra suatu barang
atau jasa yang menentukan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun
demikian kualitas suatu produk sebagaimana yang diungkapkan tersebut tidak
sepenuhnya sesuai dengan penilaian kualitas suatu produk. Selera pribadi tidak
dapat dipisahkan dari peilaian kualitas suatu produk. Sesuatu yang disukai oleh
seseorang, bagi orang lain dapat merupakan suatu yang tidak disenangi.
Disamping selera pribadi, harapan individu juga berpengaruh terhadap
ketetapan tenteng kualitas. Evaluasi terhadap kualitas suatu produk ditentukan
oleh pengalaman nyata dalam menggunakan suatu produk atau jasa.
E. MENETAPKAN HARGA
1.
Strategi Penerapan Harga
Harga suatu produk
merupakan faktor penentu permintaan pasar pada suatu barang atau produk. Harga
berpengaruh terhadap posisi kompetisi perusahaan dan pangsa pasarnya. Oleh
karena itu harga menentukan pendapatan perusahaan dan laba bersih. Harga selain
merupakan jalan masuknya uang ke perusahaan, juga berhubungan dengan kualitas
suatu produk. Konsumen memandang harga sebagai indkator kualitas produk,
terutama jika mereka harus mengambil keputusan membeli dengan informasi yang
tidak lengkap. Persepsi konsumen tentang kualitas produk dengan melihat harga
secara langsung brvariasi. Dengan demikian produk yang lebih mahal harganya
dianggap berkualitas lebih baik. Persepsi konsumen tentang kualitas juga
dipegaruhi oleh berbagai faktor, seperti reputasi toko dan periklanan.
2.
Penetapan Harga
untuk Memenuhi Tujuan Bisnis
Penetapan harga adalah
proses menentukan beberapa yang akan diterima perusahaan dalam penjualan
produknya. Tujuan penetapan harga adalah tujuan yang diharapkan dapat diraih
para produsen dalam menetapkan harga jual produknya.
a.
Tujuan Memaksimalkan Laba
Perusahaan-perusahaan
mencoba menetapkan harga agar mampu menjual sejumlah unit yang akan
menghasilkan laba total tertinggi yang mungkin dapat dicapai. Dalam menghitung
laba, para manajer mempertimbangkan biaya produksi, tenaga kerja dan sumber
daya modal terkait (pabrik dan perlengkapannya). Untuk menggunakan sumber daya
ini secara efisien, banyak perusahaan menetapkan harga untuk mencapai tingkat
return on sales atau investasi modal yang ditargetkan.
b.
Tujuan Pangsa
Pasar
Pangsa Pasar adalah
persentase dari total penjualan pasar bagi perusahaan tertentu untuk jenis
produk tertentu. Bahkan bagi produk-produk yang telah mapan, pangsa pasar
sebagai tujuan penetapan harga dapat menjadi lebih besar bobotnya daripada
pertimbangan memaksimalkan harga.
c.
Menetapkan Harga
untuk Tujuan e-Bussiness
Ketika menetapkan harga
untuk penjualan Internet, para manajer harus mempertimbangkan berbagai jenis
biaya dan berbagai bentuk kesadaran konsumen. Banyak e-bussiness yan telah
mengurangi biaya dan harga karena uniknya kemampuan pemasaran Web. Karena Web
biasanya memberikan hubungan yang lebih langsung antara produsen dan konsumen,
pembeli terhindar dari biaya yang diminta oleh pedagang grosir dan eceran.
Faktor lain dalam rendahnya harga di Internet adalah mudahnya melakukan
pembandingan belanja: Tentu saja, belanja dengan sistem ‘tunjuk dan klik’
menjadi jauh lebih efisien daripada melihat dari satu toko ke toko lainnya
dalam mencari harga terbaik. Selain itu, baik konsumen maupun pembeli bisnis
dapat mendorong rendahnya harga dengan bergabung bersama-sama untuk mendapatkan
daya beli yang lebih besar.
3.
Alat-alat Penetapan Harga
a.
Penetapan Harga
Berorientasi Biaya
Penetapan harga
berorientasi budaya (cost oriented
pricing) merupakan alat penetapan harga menurut keinginan perusahaan untuk
meraup laba dan kebutuhan untuk menutup biaya produksi. Dalam hal ini markup
biasanya ditentukan sebagai presentase dari harga penjualan. Markup adalah
jumlah yang ditambahkan ke dalam biaya barang agar dapat menjualnya dengan
memperoleh laba. Jadi presentase markup dihitung sebagai berikut:
Persentase
markup = 

b.
Analisis Titik Impas: Hubungan Biaya-Volume Laba
Jika menggunakan
penetapan harga berorientasi biaya, perusahaan akan menutup biaya variabel.
Biaya variabel adalah biaya yang berubah sejalan dengan perubahan produk yang
diproduksi atau dijual. Penetapan harga itu juga dapat menutup beberapa
pengeluaran yang berupa biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang tidak
dipengaruhi oleh jumlah produk yang diproduksi atau dijual.
Analisis titik impas (break even analysis) adalah untuk harga
jual tertentu taksiran biaya versus pendapatan pihak penjual pada berbagai
volume penjualan. Analsis itu menunjukan, pada harga jual tertentu apapun,
hasil keuangan (jumlah rugi dan laba) untuk masing-masing volume penjualan yang
mungkin. Sedangkan titik impas (breakeven
point) adalah volume penjualan di mana total pendapatan penjualan pihak
penjual setara dengan total biaya (variable dan tetap) dan tetapi tanpa adanya
laba maupun rugi. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Titik
impas (dalam unit) = 

F. STRATEGI DAN TAKTIK PENETAPAN HARGA
1.
Strategi Penetapan Harga
Strategi penetapan
harga yaitu penetapan harga sebagai kegiatan perencanaan. Karena memiliki
dampak yang langsung dan jelas terlihat pada pendapatan, penetapan harga
menjadi sangat penting bagi keselutuhan bauran pemasaran. Karena lebih mudah
untuk mengubah harga-harga daripada mengubah produk atau jaringan distribusi.
Ø
Penetapan Harga Produk yang telah Beredar
Perusahaan memiliki
tiga pilihan dalam penetapan harga produk-produkyang telah beredar, yaitu:
a.
Penetapan harga di atas harga pasar yang berlaku bagi
produk-produk serupa
b.
Penetapan harga di bawah harga pasar
c.
Penetapan harga pada atau di dekat harga pasar
Ø
Penetapan Harga Produk Baru
Perusahaan yang
memperkenalkan produk-produk baru sering kali harus memilih di antara dua
pilihan kebijakan penetapan harga yaitu harga yang sangat tinggi atau rendah. Penetapan
harga mengapung (price skimming) adalah
menetapkan harga tinggi di awal untuk mendukung biaya-biaya produk baru dan
menghasilkan laba. Penetapan harga mengapung hanya berfungsi apabila tenaga
pemasaran dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya sangat berbeda dari produk
lain yang ada di pasaran. Sebaliknya, Penetapan harga penetrasi adalah
menetapkan harga rendah di awal untuk mendukung produk baru di pasar. Penetapan
harga ini berupaya menciptakan minat konsumen dan merangsang untuk mencoba
membeli.
2.
Taktik Penetapan Harga
a.
Penetapan Harga
Lini, yaitu menentukan sejumlah harga-harga tertentu untuk kategori-kategori
produk tertentu.
b.
Penetapan Harga
Psikologis, yaitu taktik penetapan harga yang mengambil mafaat dari fakta bahwa
konsumen tidak selalu bersikap rasional dalam menanggapi harga yang tercantum.
c.
Penetapan harga
ganjil-genap, merupakan taktik penetapan harga yang didasarkan pada pengetahuan
bahwa pelanggan lebih memilih harga-harga yang tidak tercantum dalam jumlah
harga yang genap.
d.
Pendiskonan, diskon merupakan pengurangan harga yang
ditawarkan sebagai insentif terhadap pembelian.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Produk adalah barang, jasa, atau gagasan yang dipasarkan untuk
mengisi kebutuhan dan keinginan konsumen yang memberikan ciri khas yang benar
dan manfaat yang tepat. Terdapat tahap-tahap siklus produk: gagasan produk,
penyaringan, pengujian, analisis bisnis, pengembangan prototipe, pengujian
produk dan pemasaran, komersialisasi. Dalam pengembangan jasa, ada 2 perbedaan
penting dalam 7 langkah yaitu gagasan jasa dan rancangan proses jasa. Pemberian
merek, pengemasan dan pelabelan akan memberikan manfaat bagi konsumen maupun
produsen itu sendiri. Penetapan harga memiliki beberapa tujuan yaitu untuk
memaksimalkan laba, pangsa pasar. Terdapat taktik dan strategi penetapan harga
baik untuk produk-produk baru maupun yang telah ada.
B. SARAN
Mengembangkan
dan menetapkan harga produk ini sangat diperlukan pada setiap perusahaan dan
organisasi agar semua pihak dapat merasakan keadilan dalam keuntungan yang
didapatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Griffin, Ricky dan Ronald J.
Ebert. 2007. BISNIS. Jakarta:
Erlangga.
Machfoedz, Mahmud. 2007. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta:
Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar